Kamis, 07 Agustus 2008

Subokestowo Paksi: Penunggu Pohon Salam

Pepohonan salam adalah sebuah blog yang dimotori oleh komunitas peduli lingkungan. Mereka adalah Didik Rohadi ; Bambang Surono dan Yuller. Komunitas ini lahir dari sebuah inspirasi yang muncul karena seraut wajah seorang bocah kecil bernama Subokestowo Paksi. Anak masa depan ini lahir di perumahan kasongan permai, Sewon bantul. Tim pepohonan salam berkeliaran di Kabupaten Bantul Propinsi Yogyakarta dan sekitarnya. Berbagai informasi tentang tanaman atau pepohonan menjadi incaran tim ini untuk abadikan. Meski hanya cerita dan fotonya.

Blog pepohonan salam di-inisiasi dari sebuah obrolan - nostalgia: kenangan masa kanak-kanak yang terus menggelombang dari hari ke hari di masa usia yang semakin senja. Surut dan pasang; hilang menyelinap, datang dan hinggap. Namun yang pasti, apa yang kita jumpai pada masa kanak-kanak kami, tentang desa, tentang pepohonan, perdu dan rerumputan di sawah dan pekarangan kami, tak bakal kita jumpai serupa lagi. Malam dengan bulan dan ramai mainan anak-anak tak akan terjadi lagi.

Tiang listrik, sorot ball lamp dan neon ber-watt-watt telah menenggelamkan nyanyian bulan yang dibarengi kilauan cahaya yang dipantulkan daun kelapa. Dering jam dinding telah melibas kokok ayam jantan di esok hari. Dering hand phone senantiasa membuat kita terjaga. Keheningan selalu siap dibangunkan dengan rencana-rencana kerja. Tapi begitu lah adanya. Bukan berarti kalah. Kita bangun kerajaan kenangan. Karena kenangan dan cinta membuat hidup menjadi lebih betah.

Kami akan sangat bahagia jika banyak rekan-rekan yang mau memberikan kontribusi kelengkapan info data tentang pohon-pohon yang kini semakin tak terdengar, dikenal atau dikenang. Meski anda bukan seperti kami, mungkin, info anda bakal menjadi serangkai cerita. Kelak anak cucu kita bisa menyimaknya. Atau setidaknya untuk kita sejenak istirah.
Apa yang hendak kita katakan pada anak cucu kita
tentang bulan, pohon dan angin yang memainkan kilauan cahaya?
jika kita tak pernah membuatnya betah untuk dikenang
Lalu kita akan seperti anak-anak
Selalu meninggalkan mainannya terserak di lantai
tak ada kesadaran untuk menata, merawat dan menyimpannya
Esok hari, kita tinggal menemu sisa-sisa dan keburu membuangnya
pohon-pohon yang dilupakan daunnya, dan malam tanpa kegelapan ............................didik.

2 komentar:

lembahmanah mengatakan...

Salam kenal
Aku ulukkan salam sebagai tanda persahabatan, biar kita saling kenal dalam kehangatan yang kental. Sebab, salam akan mengantar pada perkenalan yang lebih dalam. Bukankah salam yang menjadi awal pertemuan dan perkenalan, hingga kemudian mengalir dalam arus kemesraan?

Orang bilang tak kenal maka tak sayang. Nah, sebelum itu seharusnya "TAK SALAM MAKA TAK KENAL".

Maka, salut buat para pengagum dan penjaga salam. Semoga kelak kita bisa melihat jutaan salam di setiap sudut gang, di keriuhan kehidupan dan peradaban. Biar setiap tegur sapa selalu terbungkus kehangatan, biar setiap gerah dan resah terbasuh oleh keteduhan salam. Biar semua kenangan tetap terukir dalam-dalam, biar bumi semakin segar oleh embusan napas salam. Biar malam tetap berhias magisnya gelap, biar segala cerita mengalir dalam buaian kemesraan gulita. Tanpa rekayasa, juga penerangan yang mengada-ada. Biar bintang dan rembulan yang menjadi lenteranya, menemani segala cerita sebagai dongeng suka-cita.

Mari kita tanam salam biar tumbuh teduhnya jiwa, agar damai dalam kesejukan naungan dedaunannya. Wahai kawan, aku juga rindu berebah di antara lekuk-liku akarnya, berpayung daun-daunnya, dilindungi batangnya, kemudian dibuai dalam kesejukannya dan sesekali bermimpi bersama jatuh buahnya. Lalu bernyanyi Munajat Cinta:

"Salam ini, aku sendiri
Tak ada yang menemani
Seperti, salam-salam, yang sudah-sudah"

Salam kenal dari pengagum rindangnya salam.

lembahmanah mengatakan...

Salam kenal
Aku ulukkan salam sebagai tanda persahabatan, biar kita saling kenal dalam kehangatan yang kental. Sebab, salam akan mengantar pada perkenalan yang lebih dalam. Bukankah salam yang menjadi awal pertemuan dan perkenalan, hingga kemudian mengalir dalam arus kemesraan?

Orang bilang tak kenal maka tak sayang. Nah, sebelum itu seharusnya "TAK SALAM MAKA TAK KENAL".

Maka, salut buat para pengagum dan penjaga salam. Semoga kelak kita bisa melihat jutaan salam di setiap sudut gang, di keriuhan kehidupan dan peradaban. Biar setiap tegur sapa selalu terbungkus kehangatan, biar setiap gerah dan resah terbasuh oleh keteduhan salam. Biar semua kenangan tetap terukir dalam-dalam, biar bumi semakin segar oleh embusan napas salam. Biar malam tetap berhias magisnya gelap, biar segala cerita mengalir dalam buaian kemesraan gulita. Tanpa rekayasa, juga penerangan yang mengada-ada. Biar bintang dan rembulan yang menjadi lenteranya, menemani segala cerita sebagai dongeng suka-cita.

Mari kita tanam salam biar tumbuh teduhnya jiwa, agar damai dalam kesejukan naungan dedaunannya. Wahai kawan, aku juga rindu berebah di antara lekuk-liku akarnya, berpayung daun-daunnya, dilindungi batangnya, kemudian dibuai dalam kesejukannya dan sesekali bermimpi bersama jatuh buahnya. Lalu bernyanyi Munajat Cinta:

"Salam ini, aku sendiri
Tak ada yang menemani
Seperti, salam-salam, yang sudah-sudah"

Salam kenal dari pengagum rindangnya salam.